Side Hustle Jadi Tren Gen Z, Tambahan Cuan Manfaatkan Peluang
Generasi muda Indonesia semakin kreatif mencari cuan lewat side hustle untuk menambah penghasilan sekaligus menyiapkan masa depan finansial yang lebih aman.

Mencari uang tambahan sambil mengejar passion bukan lagi mimpi, tapi realita yang dijalani banyak anak muda Indonesia. Fenomena side hustle—atau pekerjaan sampingan—kini menjadi strategi cerdas menghadapi biaya hidup yang terus naik sekaligus memanfaatkan peluang digital yang semakin terbuka.
Menurut laporan “2025 Gen Z Career Prospects Report” dari ResumeGenius.com, enam dari sepuluh anak muda di Indonesia sudah memiliki pekerjaan sampingan, sementara 25% lainnya berencana memulainya. Dari membuat konten di media sosial, menjadi freelancer di bidang desain, menulis, hingga programming, sampai menjalankan bisnis dropshipping atau e-commerce, semua bisa dilakukan berkat platform digital yang memangkas modal dan risiko.
Direktur PT Bahana TCW Investment Management, Danica Adhitma, mengatakan tren ini bukan hanya soal tambahan penghasilan, tapi juga cara anak muda mengasah keterampilan baru. “Platform digital membuka banyak peluang, bahkan memungkinkan pekerjaan sampingan berkembang menjadi bisnis utama,” ujarnya.
Namun, jalan menuju sukses ini tidak selalu mulus. Tantangan seperti manajemen waktu, risiko kelelahan mental (burnout), pendapatan yang tidak stabil, dan persaingan ketat menjadi tantangan nyata. Menurut Danica, kuncinya adalah perencanaan realistis, penggunaan tools produktivitas, dan pembelajaran berkelanjutan lewat kursus daring.
Masalah lainnya, penghasilan tambahan dari side hustle bisa cepat habis jika tidak dikelola dengan disiplin. “Tanpa manajemen yang tepat, tambahan penghasilan ini bisa tersedot untuk gaya hidup impulsif,” kata Danica. Ia menyarankan memisahkan rekening untuk pendapatan sampingan dan menerapkan aturan alokasi 50/30/20—50% untuk kebutuhan esensial, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan atau investasi.
Menariknya, pendapatan dari side hustle menjadi modal ideal untuk mulai berinvestasi tanpa mengganggu keuangan utama. Kesadaran anak muda akan pentingnya investasi juga semakin meningkat. Dengan memanfaatkan efek compounding—di mana keuntungan menghasilkan keuntungan baru—investasi yang dimulai sedini mungkin bisa memberikan hasil yang signifikan di masa depan.
Bagi pemula, Danica menyarankan memilih instrumen investasi dengan risiko rendah hingga sedang, seperti reksa dana yang likuid dan dikelola profesional, obligasi ritel seperti SBR atau ORI, atau saham blue chip. Untuk anak muda yang sibuk, menggunakan manajer investasi terpercaya bisa menjadi pilihan agar portofolio tetap berkembang tanpa harus terus memantau pasar.
“Diversifikasi adalah kunci,” tambah Danica. “Sebar dana ke beberapa instrumen untuk meminimalkan risiko, gunakan platform berlisensi OJK, dan mulai dengan nominal kecil yang konsisten sesuai tujuan keuangan. Ingat, investasi adalah perjalanan jangka panjang.”
Kombinasi side hustle, manajemen keuangan yang disiplin, dan investasi yang bijak menjadi tiga pilar penting menuju kemandirian finansial. Pemasukan tambahan memberi ruang untuk membangun tabungan dan investasi, sementara pengelolaan yang tepat memastikan dana tersebut berkembang menjadi aset masa depan.
“Langkah paling nyata yang bisa dilakukan adalah mengidentifikasi skill atau passion untuk memulai side hustle, memisahkan rekening khusus untuk penghasilan tambahan, dan mengalokasikan 10–20% dari pemasukan tersebut untuk investasi awal,” tutup Danica. “Keamanan finansial tidak datang tiba-tiba, tetapi dibangun dari pilihan cerdas dan tindakan konsisten yang dimulai hari ini.